ESTUF 4 Desember 2020
Oleh Kak Yosafat R. Leonardo
Integritas merupakan salah satu kualitas yang paling penting dimiliki oleh pemimpin. Contoh figur publik yang berintegritas dapat kita lihat melalui sosok Mahatma Gandhi, Marthin Luther King Jr, dan Nelson Mandela. Penelitian yang dilakukan J. Kouzes dan B. Posner (Credibility, 1993), kejujuran dan integritas adalah hal yang terbanyak yang perlu dimiliki oleh pemimpin. Begitu juga dengan penilitian Robert Half Management Resources tahun 2016, menyebutkan bahwa kualitas yang paling diinginkan adalah Integrity.
Integritas itu bukanlah kata sifat, melainkan tergolong dalam kata benda (KBBI, Merriam-Webster,Cambridge, Thesaurus). Integritas tidak memiliki bentuk adjective. Oleh karena itu, Integritas merupakan suatu kondisi. Kata Integritas tidak disebutkan dalam Alkitab (LAI), namun pada Alkitab KJV disebutkan kata “Integrity” sebanyak 16 kali hanya pada perjanjian lama. Pada Alkitab NIV disebutkan kata “integrity” sebanyak 18 kali di perjanjian lama dan 4 kali di perjanjian baru. Integrity sering diganti dengan kata eilikrineia, gnesios, aphtharsia (Yunani).
Integritas berasal dari bahasa latin, yaitu integer yang berarti “utuh”, “lengkap”, “tidak terbagi-bagi”. Di dalam Alkitab, integritas itu sering diwakili oleh “purity”, murni dan tidak bercacat (1 Tawarikh 29:17, 2 Korintus 2:17). Integritas adalah kondisi hati yang masih murni, yang masih utuh, dan tidak terkorupsi oleh dosa, murni hanya untuk Tuhan.
Sosok yang paling berintegritas dalam Alkitab adalah Yesus Kristus. Integritas Kristus terjadi oleh karena adanya kesatuan yang tak terpisahkan dengan pribadi Allah yang lainnya, yaitu Bapa dan Roh Kudus (Matius 3:16-17). Integritas Yesus pernah dicobai oleh Iblis saat di padang gurun (Matius 4:1), namun Kristus mampu melewati semua pencobaan itu, dan mempertahankan Integritasnya. Ia telah dicobai, namun tidak berbuat dosa (Ibrani 4:14-15).
Kondisi disintegrasi manusia dengan Allah tergambarkan dalam Yesaya 59:1-2, yaitu “Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”. Lebih jauh, kita dapat melihat dalam Roma 3:9-12, “Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari orang lain? sama sekali tidak. Sebab di atas tlah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: “ Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”
Kondisi disintegrasi tokoh-tokoh Alkitab dapat kita lihat seperti, Nabi Yesaya (Yesaya 6:1-5), Rasul Petrus (Lukas 5:1-8), Rasul Paulus (Roma 7:21-24). Syukur kepada Tuhan, oleh karena karya Kristus, kita yang sudah terpisahkan dengan Allah, dipersatukan kembali dengan persekutuan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Efesus 2:12-14; 18-22).Prinsip utama ketika kita ingin membangun hidup yang berintegritas, pertama yang harus kita evaluasi adalah sudahkah diri kita didamaikan dengan Allah. Sesudah kita didamaikan dengan Allah, kita menyadari kita dipanggil untuk menghidupi kehidupan yang utuh antara iman kita dengan perbuatan kita (Efesus 4:1, 1 Timotius 4:16).
Tangga integritas (Step yang harus dijalani untuk menjadi Pribadi Berintegritas):
- Metanoia ( Roma 12:1-2) : Kesatuan dengan Allah. Tranformasi dari hati dan pikiran terus menerus untuk memiliki persekutuan dengan Allah.
- Coram Deo (Matius 6:1;4-6;16-18, Kolose 3:23-24) : Hidup dalam hadirat Allah. Dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menyadari bahwa Allah hadir dalam kehidupan kita. Apapun yang kita lakukan, kita melakukannya dengan maksimal seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia.
- Openness (Filipi 3:17) : Keterbukaan hidup. Terbuka pada orang tua, teman-teman pelayanan, KTB, pasangan hidup, pekerjaan dan sesama.
- Accountability (1 Petrus 3:15-17, Ibrani 4:12-13) : Tanggung jawab. Kita harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang telah dipercayakan Allah kepada kita.
“Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” -1 Timotius 4:8