Kedewasaan Rohani

Estuf 27 November 2021

Oleh : Kak Chandra Koewoso

 

Ciri – ciri kedewasaan rohani (Efesus 4:11-16)

  1. Siap untuk dibajak hatinya (ay. 11-12)

Mungkinkah seorang berbuah tapi dia tidak bertumbuh? Mungkinkah dia bertumbuh apabila tanahnya tidak subur? Perumpamaan tanah yang subur vs tanah yang keras/berbatu/penuh semak duri, memberikan hasil yang berbeda. Siap belajar berbeda dengan siap diajar (butuh menyangkal diri dan memikul salib). Perjuangan untuk lembut hati dan siap dibajak dulu, barulah tanah menjadi gembur dan siap menerima benih.

Seorang yang berbuah, pasti akan melayani dan kehadirannya (secara otomatis) pasti dirasakan manis oleh sekitarnya. Tidak perlu direkayasa, sikap aktif melayani adalah buah dari sebuah kedewasaan rohani.

  1. Siap diuji imannya (ay. 13-15)

Orang umumnya suka sekolah, tetapi tidak suka ujiannya. Hanya suka diinspirasi oleh khotbah yang berkualitas tetapi tidak suka hidupnya ditransformasi menjadi pribadi yang berkualitas. Mengapa? Sederhananya, untuk dewasa perlu bayar harga.

Keteguhan iman itu perlu diuji di lapangan. Kematangan karakter kristiani itu justru terbentuk ketika berada di dalam tantangan kehidupan nyata, bukan hanya di dataran teori saja. Dewasa itu bukan cuman polos/naif melihat kehidupan itu indah, baik, sempurna. Tetapi justru sebaliknya, dewasa itu bijaksana melihat kehidupan itu tidak selalu indah, tidak selalu baik, tetapi ada Tuhan yang indah, Tuhan yang baik, dan Tuhan yang menyempurnakannya.

Siap diuji itu artinya tidak selalu sukses. Bisa saja gagal, tetapi tidak mengapa. Sebab kedewasaan itu adalah sebuah proses. Kedewasaan rohani adalah proses untuk jatuh dan bangun lagi. Itu sebabnya kita tidak akan pernah menyerah pada realitas ini, terus berdoa dan berjaga – jaga (never give up).

  1. Siap untuk dibangun kasihnya (ay. 16)

Kedewasaan itu tidak berdiri sendiri, tetapi dibangun di dalam kasih. Prinsip untuk belajar mengasihi, tidak bisa hidup sendiri. Mengasihi itu butuh objek, sebagaimana natre Allah Tritunggal itu pun adalah bukti kasih tidak bisa berdiri sendiri.

Oleh karena itu, ciri orang yang dewasa rohani adalah terlihat ketika konflik terjadi, apakah dia adalah orang yang membawa damai, atau justru dia adalah penyebab keonaran terjadi.

Orang yang dewasa itu tahu apa itu puncak pengajaran kasih, yaitu mengampuni. Ini bukan berarti mudah untuk mengampuni, tetapi bedakan dengan orang yang memang sudah mengeraskan hatinya tidak mau belajar mengampuni sampai mati. Ini berarti tidak siap dibangun dalam kasih.

 

Kesimpulan

Jadi apa itu 3 Ciri Kedewasaan Rohani menurut Efesus 4:11-16?

  1. Apakah kita siap untuk dibajak hatinya?

Bukan menjadi tanah yang keras tetapi tanah yang lembut untuk dapat tumbuh dan berbuah.

  1. Apakah kita siap untuk diuji imannya?

Ingatlah kita bukan tinggal di surga, kita masih tinggal di dunia yang tidak ideal. Hadapilah kenyataan akan tantangan iman kita yang akan terus ada.

  1. Apakah kita siap untuk dibangun kasihnya?

Orang yang dewasa rohani tau bagaimana mengampuni karena dia sadar hidup ini tidak sempurna, itu sebabnya ada kasih Allah sebagai modal untuk saling membangun di dalam kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *