ESTUF 4 Juni 2021
Oleh Kak Haryadi Baskoro
Dasar Firman Tuhan: Kejadian 37-50
Kita sebagai orang Kristen harus memiliki kerohanian yang kuat dan berdampak bagi masyarakat bangsa dan negara. Kejadian 37-50 menceritakan kehidupan Yusuf from zero to hero. Yusuf lahir dari keluarga Yakub, lingkungan keluarga yang sejahtera, aman, damai. Karena zona nyaman ini, kehidupannya nampak ribut sendiri, dan tidak senang jika ada salah seorang dari anggota keluarga yang berpikir out of the box. Hingga suatu hari Yusuf memperoleh visi dari Tuhan, dan menyampaikannya ke keluarganya, yang terjadi adalah respon dari kakak-kakaknya tidak mendukung. Malah menganggapnya sesuatu yang aneh dan tidak bagus. Mimpi Yusuf itu merupakan simbol bahwa dia adalah pemimpin di masa depan. Ketika Yusuf menyampaikan itu ke keluarganya, keluarganya tidak respon dengan dukungan. Nampak bahwa keluarga itu hidupnya hanya seputaran urusan keluarga saja. Padahal di luar sana ada kehidupan lain yang membutuuhkan kehadiran kitauntuk berdampak positif. Peristiwa Yusuf ini memberikan sejarah bahwa karena ditolak kakaknya sendiri, dijual ke mesir. Itu adalah jalan bagi Tuhan agar Yusuf berdampak lebih dari sekedar berdampak bagi keluarganya sendiri.
Peristiwa-peristiwa yang dialami pemimpin itu ada satu kondisi dimana mereka terpental dari zona nyaman mereka, tetapi justru itu yang membawa mereka berdampak ke scope/dunia yang lebih luas. Itulah yang dialami oleh Yusuf. Ia dijual ke mesir, dan dia mulai dari nol, yaitu menjadi budak. Tapi tidak ada yang mustahil, tidak ada yang sukar jika Roh Kudus bekerja. Roh Kudus memampukan Yusuf agar bisa naik karir. Meskipun banyak hambatan dan bahkan ia pernah difitnah.
Hingga suatu saat, Raja Firaun punya mimpi dan tidak bisa menafsirkan, dan mimpi itu berbicara tentang masalah masa depan mesir yang akan menghadapi malapetaka paceklik. Di situlah Yusuf tampil, bukan hanya penafsir mimpi, tetapi juga sebagai problem solver, dan pengambil kebijakan, karena hikmat yang dia dapatkan dari Tuhan. Yusuf menjadi orang kedua yang paling dihormati setelah Firaun.
Kisah ini menceritakan kepada kita, bagaimana Yusuf ini menjadi pemimpin yang berdampak ke luar, kepada masyarakat luas. Kalau kita terapkan hari ini ada beberapa point yang bisa kita terapkan hari ini. Orang Kristen, gereja itu adalah keluarga rohani. Tetapi kehidupan keluarga rohani ini sering menjadi zona nyaman kita dan sering kali membuat kita hanya berkutat di dalam pelayanan gereja itu. Tidak salah, tapi itu membuat orang kristen itu terjebak berkutat jadi jago kandang. Sedangkan masyarakat di luar sana sangat menantikan kita. Seluruh sektor dalam kehidupan ini menantikan sentuhan kepemimpinan orang orang yang dijamah Tuhan.
Kalau kita masuk dalam pemerintahan, atau sistem-sistem yang ada di negara ini, kita mulai dari nol. Tetapi Tuhan menetapkan bahwa orang percaya akan menjadi kepala/pemimpin dan bukan menjadi ekor. Sehingga kita harusnya menjadi pemimpin, seperti Yusuf, menjadi pemimpin di lungkup masyarakat,bangsa dan negara. Bukan berarti saat telah menjadi pemimpin kita melupakan keluarga kita. Seperti Yusuf yang telah menjadi pemimpin besar, dia tetap menyayangi keluarganya, dengan menemui dan menyambut seluruh keluarganya setelah bertemu dengan kakak-kakaknya.
Bagaimana menjadi orang Kristen yang berdampak. Orang Kristen harus punya visi. Visi itu adalah cita-cita Ilahi, yang diberikan oleh Tuhan. Yusuf dapat menjadi pemimpin, karena sejak awal dia menangkap visi itu. Pemimpin itu harus visioner. Selanjutnya adalah Roh Kudus. Pemimpin yang berdampak bukan hanya membutuhkan kompetensi. Mereka butuh wibawa. Ketika Yusuf presentasi di depan Firaun, respon Firaun adalah berkata “ Yusuf adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Tuhan”.