ESTUF 19 Maret 2021
Oleh Kak Andreas Simanjuntak
Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih, dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
-2 Timotius 2:22-
Pada ESTUF kali ini kita belajar bagaimana kita bisa membangun hubungan kita dengan pasangan kita dengan baik agar segala sesuatu itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. 1 Korintus 10:31, “ Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Hal-hal kecil pun Tuhan ingatkan untuk melakukannya untuk kemuliaan Tuhan. Terlebih lagi pada hubungan dengan sesama. Sepasang kekasih harus memiliki prinsip yang sama dan seiman.
Tercatat 78 kasus perceraian per jam di Indonesia (data tahun 2020). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Healthy Relationship ini dipahami dan dimengerti oleh banyak orang. Terlebih bagi kita orang Kristen, harus membangun hubungan kita dengan pasangan kita di dalam Kristus. “Tanpa kasih Kristus, eratnya pelukanmu justru dapat melukai orang yang kamu cintai!”-Joy Manik. Kita harus benar-benar mengalami kasih Kristus sebelum kita mengasihi orang lain, karna tanpa kasih Kristus sesuatu yang kita anggap baik sebenarnya bisa melukai orang lain. Oleh karena itu untuk membangun hubungan yang sehat, kita harus terlebih dahulu mengalami kasih Kristus. Sebelum mengalami kasih Kristus, kita tidak bisa mengasihi dengan benar.
Biasanya kita liat orang berpacaran seperti mabuk. Lupa segala sesuatu. Pacaran itu bukan Cuma bicara tentang hubungan kita dengan pacar, tetapi juga ada peran Tuhan di dalamnya, itu yang penting. Jadi pacaran itu adalah hubungan tiga pihak, Saya, Pacar dan Tuhan. Selama kita tidak libatkan Tuhan, kita tidak akan bisa memiliki hubungan yang benar di dalam Kristus. Area dimana kita tidak taat kepada Tuhan adalah area yang akan menjadi masalah dalam hidup kita. Kita mungkin bisa keren dalam pelayanan, tapi kalau area pacaran kita bermasalah, itu akan merusak kehidupan kita, bahkan akan merusah area kehidupan yang lain, pelayanan, sekolah dan lain-lain.
Biasanya ada beberapa alasan bagi seseorang untuk pacaran. Ada orang yang jalin hubungan pacaran karena malu kalau jomblo. Ada yang pacaran supaya punya teman kemana-mana, dan alasan alasan lainnya yang sebenarnya tidak perlu. Ini adalah dasar yang salah dalam membangun hubungan pacaran sehingga hubungan yang terbangun berpotensi akan menjadi tidak sehat.
Bagaimana kita berpacaran dengan sehat?
1. Mengasihi dengan Kristus.
Pacaran yang benar adalah pacaran yang didasari oleh Kasih Kristus. Jika tidak, gaya pacaran bisa jadi seperti perampok. Fokusnya ada;ah apa yang bisa saya peroleh dari pacar saya. Waktunya, masa depannya, hartanya, dll. Saling rampok jadinya dan tentunya tidak sehat. Maka dari itu, kasih Kristus haruslah menjadi dasar hubungan.
- Jangan pacaran karena luka. Orang terluka akan cenderung melukai, orang dipulihkan akan cenderung memulihkan.
- Jangan pacaran karena kesepian. Jangan bangun apapun dari pelarian, tapi dari perjalanan dengan Tuhan.
- Jangan pacaran untuk memenuhi kebutuhan. Menjadi lebih baik adalah akibat pacaran, bukan tujuan pacaran.
Dalam hubungan, bahagia itu tanggung jawab masing masing. Banyak yang berpikir, setelah pacaran nanti aku bahagia, setelah nikah pasti aku bahagia. Ternyata tidak. Jangan kasi orang lain tanggung jawab atas kebahagiaan kita, itu sangat bebahaya.
2. Hidup Kudus
Karena kita sudah ditebus dengan darah Kristus. Mazmur 119:9, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih, dengan menjaganya sesuai dengan Firman Tuhan.” Jaga kekudusan karena tubuh kita sudah dibayar lunas oleh Tuhan, bukan karena takut hamil. Orang yang mencintaimu, tidak akan merusakmu di saat yang sama. Menghormati pasanganmu seperti Kristus menghormati.
3. Karakter Kristus
Segambar dan serupa dengan Kristus. Puncak perubahan karakter seseorang bukan menjadi diri sendiri, tetapi menjadi seperti Kristus. Tolak ukur kesiapan pacaran bukanlah usia, tapi kedewasaan. Sebelum pacaran, pastikan bahwa kita sudah benar-benar dewasa.