Rangkuman Estuf
18 Februari 2022
Pembicara : Kak Devi Siregar
Batu sandungan dapat dirujuk menjadi dua kata yaitu Proskomma dan Skandalon yang memiliki arti serupa, yaitu rintangan (benda/tindakan/peristiwa) yang menyebabkan tersandung/jatuh. Indikator yang menunjukkan karakteristik sebuah batu sandungan adalah egois, menghakimi/mencela, dan membuat hidup saudara/i menjadi susah. Kita dapat dikatakan sebagai sebuah batu sandungan apabila kita terus menerus mengutamakan kepentingan diri sendiri dan bersikap seolah tidak ada kepentingan/kesenangan saudara/i kita. Indikator kedua adalah adanya sikap menghakimi dan mencela pendapat bahkan iman saudara/i kita. Indikator terakhir adalah Ketika kita membuat hidup saudara/i kita menjadi sulit dengan selalu menuntut mereka setuju dengan cara hidup dan pandangan kita.
Adapun karakter yang menunjukkan bahwa kita tidak menjadi batu sandungan adalah melakukan kasih dan tidak egois. Hal kedua adalah menerima saudara/i kita apa adanya seperti Kristus menerima manusia. Alih-alih menghakimi dan mengucilkan, seharusnya kita menerima dengan kasih. Indikator terakhir adalah menunjukkan kebijkasanaan dengan memahami situasi/kondisi saudara/i yang masih lemah dan menopang mereka agar imannya bertahan dan bertumbuh.
Perihal bersikap ini dapat diaplikasikan secara beragam baik dalam keberagaman sosial budaya, tingkat pendidikan, hingga pertumbuhan iman. Adapun isu Proskomma/Skandalon dalam Alkitab yaitu terkait perbedaan tradisi Israel/Yahudi vs non-Israel/Yahudi, yaitu pada perihal makanan haram dan halal. Kehidupan umat Krsiten tidak akan lepas dari kewajibannya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat. Selain perihal keselamatan, kita juga dituntut untuk bisa menjadi berkat dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang di sekitar kita.