Rangkuman Estuf
25 Maret 2022
Paulus, sebagai bapak rohani, mengingatkan Timotius, yang akan bertemu banyak jemaat, bahwa nanti ketika ia melayani, pasti muncul kemurtadan dari firman Yesus. Bahkan ketika ada di gereja dan melayani, Timotius sudah mulai merasakannya. Terdapat ajaran sesat, tidak sehat, dan palsu. Arahan Paulus adalah supaya Timotius menjadi lebih baik.
Begitu juga halnya ketika kita mencari sahabat yang baik. Bagaimana cerdas memilih persahabatan? Faktor apa saja yang membuat persahabatan itu berhasil? Berapa banyak faktor itu ada di dalam dirimu?
- Bagaimana kita menjadi sahabat yang baik. Kita bisa menjadi teladan, baik dalam perkataan kita, tingkah laku kita, kasih, kesetiaan, dan kesucian kita. Menjadi sahabat yang baik berarti menerima sahabat kita apa adanya, bukan ada apanya. Tuhan sudah menerima kita terlebih dahulu. Oleh sebab itu, kita juga bisa menerima sahabat kita.
- Kita harus punya empati, yaitu turut merasakan apa yang dirasakan oleh sahabat kita. Kita bisa turut sama-sama susah dan sama-sama senang sehingga tidak muncul penghakiman. Terlebih lagi, sekarang banyak sekali isu mental health yang membuat seorang sahabat akan sangat berpengaruh pada hal ini.
Menjadi sahabat itu bukan soal seberapa banyak yang kita dapat, tetapi seberapa banyak kita bisa memberi kasih kepada orang-orang terkasih kita. Teladan yang harus kita lakukan adalah keterbukaan, baik dalam kesetiaan maupun kesucian. Dengan hidup kita, orang bisa mengenal diri kita apa adanya.
Other people are going to find healing in your words. Your greatest life message and your most effective.
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menaruh kasih dalam kesukaran. Marilah kita menjadi seorang sahabat.